Oleh Ust. Muhammad Irfan, SHI., M.Sy
Hikmah ke 2
اِرَادَاتُكَ التَّجْرِيْدَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِي الْأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ, وَاِرَادَتُكَ الْأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِي التَّجْرِيْدِ اِنْحِطَاطٌ عَنِ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ
Keinginanmu untuk selalu tajrid sementara Allah masih menempatkan engkau dimaqom asbab (usaha duniawi) merupakan bentuk syahwah khafiyyah (syahwat yang tersembunyi). Lalu keinginanmu untuk selalu berada di maqom asbab padahal Allah sudah menempatkan engkau diwilayah tajrid pertanda dirimu jatuh dari himmah al-’aliyyah (tingkat yang tinggi ke derajat terendah).
Pada hikmah ini ada dua istilah pertama tajrid artinya mendapatkan rizki lewat jalur ibadah. kedua kasab memperoleh rizki lewat jalur kerja keras usaha dunia.
Tanda bahwa Allah menempatkan dirimu dijalur kasab (berjuang mendapatkan rizki dengan cara kerja keras) adalah terasa ringan dirimu bekerja duniawi tanpa harus meninggalkan kewajiban ibadah.
Dan tanda bahwa Allah menempatkan dirimu di maqom Tajrid adalah tidak silau matamu memandang dunia. Allah cukupkan kebutuhanmu tanpa harus engkau bersusah payah mengejarnya dan setiap pemberian tuhan kepadamu dalam jumlah bentuk apapun dirimu senang menerimanya.
Berpindah dari kasab kepada tajrid sementara Allah belum menghendaki menandakan engkau sedang diliputi syahwat yang samar.
Berpindah dari tajrid kepada kasab menandakan bahwa engkau jatuh dari tingkat yang tinggi ke derajat terendah.
Ketidaktahuanan diri apakah berada di maqom tajrid atau kasab, maka perilaku yang harus kita tampilkan dalam kehidupan adalah “terus meningkatkan ibadah tanpa harus meninggalkan usaha”.
Mengutip kalam abuya Rusfi “Siapa orang mengejar dunia akhirat pasti tinggal, siapa orang mengejar akhirat dunia pasti tinggal dan siapa orang mengejar Allah dunia akhirat pasti dapat”. (*)