Author: Prof. Admi Syarif, PhD (Dosen Unila dan tukang tulis)
Editor: Mutiara Sani, S.Pd
Difatv.com Lampung –
Pagi ini saya mencoba berkeliling di halaman rumah untuk mengamati satu persatu buah-buahan yang bisa dipanen atau dituis. Ada sih pisang kepok kuning yang sudah mulai menua, tapi sepertinya masih menuggu beberapa hari lagi baru bisa dipanen.
Tiba-tiba saya melihat pohon belimbing wuluh dipinggir pagar yang lebat buahnya. Jadi deh saya tertarik untuk menuliskan kembali cerita kuliner-kuliner yang memakai si belimbing wuluh atau belimbing culuk (bahasa Lampung).
Tentu saja, seperti biasa, kita kasih pantun dulu ya gaes.
“Asam rasanya belimbing
wuluh.
Pohonnya tumbuh di rumah Admi.
Meski kita terpisah jauh.
Teringat dirimu selalu di hati”.
Belimbing wuluh merupakan salah satu jenis tanaman
yang berbuah sepanjang tahun. Ia dikenal dengan nama latin, Averrhoa
bilimbi L., termasuk kedalam keluarga Oxalidaceae.
Tanaman ini memang tumbuh subur di hampir seluruh wilayah tanah air. Ulun Lampung menyebut buah ini dengan nama lokal “Belimbing Culuk”
Rasanya yang sangat asam menunjukan pastinya buah belimbing wuluh kaya akan vitamin
C alami yang sangat berguna sebagai penambah daya tahan tubuh kita.
Menurut Rahayu (2013)
dari hasil pemeriksaan kandungan kimia buah belimbing wuluh mengandung senyawa oksalat, fenol, flavonoid, dan pektin.
Ketika kanak-kanak, saat sariawan, kita sering
memetik buah belimbing wuluh, memotongnya dan menempelkannya pada luka sariawan.
Rasanya tentu saja sangat asam dah perih, tetapi banyak orang percaya belimbing wuluh sanggup
mengobati sariawan dan sakit tenggorokan dengan cepat.
Selain mengobati sariawan, buah belimbing wuluh dikenal berkhasiat untuk menyembuhkan batuk, hipertensi, sakit gigi dan diabetes, karenanya buah ini memang sepatutnya kita tanam dihalaman rumah kita.
Buat saya, ulun Lampung, belimbing culuk ini sangat diperlukan saat nyeruit bersama. Dalam tradisi nyeruit, kami memang merebus beberap buah belimbing culuk sebagai isem seruit. Rasa asam ini akan menambah cita rasa seruit yang kita buat. Wow jadi teringat mengan bangek nih.
Bagi masyarakat Lampung, seruit merupakan kuliner khas pemersatu warga, keluarga, teman, atau bahkan orang tak dikenal.
Bagi manusia Lampung, tradisi nyeruit biasa dilakukan saat sanak saudara dan tetangga berkumpul bersama.
Seruit adalah kuliner khas Lampung berupa ikan pepes (teneghem) atau ikan bakar (puppul) dan sambal terasi atau dalam bahasa Lampung dikenal dengan istilah “Delan”.
Seringkali seruit dilengkapi dengan rebusan belimbing culuk, dan terong bakar serta lalapan. Untuk lalapan ini yang lumayan “penting”. Akan sangat siiip jika nyeruit bisa dilengkapi dengan lalap daun singkong, jengkol goreng/muda atau petai.
Seruit dibuat dengan mencampur beberapa bahan dalam mangkok menjadi satu. Seruit beraroma sangat khas. Rasanya yang asam, pedas, dan segar nikmat disantap bersama nasi hangat.
Suer deh, sambel plus belimbing culuk enak banget dibanding sambel biasa. Apalagi kalau “you” tambah pake terasi alias “delan” dari menggala dan dibuat dengan “pedas” gila, rasanya yang unik agak keasaman emang “sesuatu” banget.
Untuk lebih siip biasanya sambal di-“seruit” dengan terong bakar, dan ikan gabus bakar alias “ughun temepul”. Sungguh, suer dech, saya nggak bohong.
Lalapan juga sering dimasukkan ke dalam seruit, daun singkong, daun pepaya, terung hijau, kangkung, atau bayam biasanya direbus terlebih dahulu, sementara mentimun, jengkol, daun jambu mete muda, kacang panjang, wortel, serta daun kemangi dibiarkan mentah.
Buat referensi ente, ini resep buat sambal sambal yang ana tau.
1. Bakar delan alias terasi
2. Haluskan cabe merah, cabe rawit, rampai, dan terasi yang sudah dibakar sesuai selera.
3. Rebus belimbing culuk dan campurkan
4. Sajikan! dapat dimakan dengan seruit Ikan bakar
Selain seruit, saya juga jadi teringat kuliner khas masyarakat Jabung, yang menggunakan belimbing culuk ini. Kuliner yang bernama Rabal itu diperkenalkan oleh adinda Zaenal, tokoh pemuda Jabung yang pernah menjadi tamu Kick Andy. Rabal, demikian masyarakat Jabung menyebutnya, merupakan penganan spesial yang disajikan pada acara pesta atau kedatangan tamu khusus. Saat itu, saya menjadi tamu untuk pembangunan pondok pasantren di Jabung.
Sepintas rabal mirip dengan gule yang berisikan daging ayam atau kambing. Rabal merupakan makanan berkuah santan mentah yang dicampur dengan bumbu halus terdiri dari bawang merah, bawang putih, lengkuas, kencur, kemiri dan lada. Setelah bumbu dan santan tercampur selanjutnya adalah memasukkan potongan buah belimbing wuluh dan suiran daging ayam.
Rasanya, nggak usah ditanya deh, agak asam, gurih dan pedas gitu, segar dan pastinya nikmat sekali ! Saat itu saya begitu menikmati dan menghabiskan satu piring rabal yang dicampur nasi panas. ***