Oleh : Muhammad Irfan, SHI. M. Sy.
Dosen Fakultas Syari’ah UIN Raden INtan Lampung
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidup hingga detik ini
Allahumma sholli ala saidina Muhammad, selawat dan salam kita sanjung agungkan kepada nabi Allah Muhammad SAW
Rukun agama (Islam) ada tiga : Al-Islam, Al-Iman dan Al-Ihsan ketiganya bila digabung menjadi satu disebut dengan “Syari’ah” (dalam makna luas). Islam tidak hanya mengajarkan kesucian Dzahiriah namun juga mengutamakan kesucian Bathiniyah. Contoh seperti shalat, wajib terpenuhi syarat dan rukun antara lain harus bersih dari hadats besar dan kecil jika tidak, maka tidak sah shalat yang dikerjakan.
Pertanyannya adalah, apakah sudah cukup dengan syarat dan rukun saja ? bagaimana jika shalat tidak ikhlas ? bagaimana jika riya ? bagaimana jika takabbur ? dan lain sebagainya tentu dimensi suasana hati (Bathiniyah) juga berperan dalam menentukan diterima atau tidaknya shalat seseorang dihadapan Allah Swt. Karena itu tasawuf hadir sebagai metode pensucian qalbu dalam mencapai ridha Allah Swt.
Tasawuf telah ada sejak masa Rasulullah SAW hal ini dapat dilihat dari perilaku dan peristiwa yang terjadi. Sebelum diangkat menjadi rasul berhari –hari beliau khalwat di gua Hira berdzikir, bertafakkur guna mendekatkan diri kepada Allah. Pengasingan Nabi di gua Hira merupakan dalil utama bagi para sufi dalam melakukan khalwat. Selain itu, keimanan, ketaqwaan, kezuhudan dan budi pekerti luhur beliau menjadi intisari dari ajaran tasawuf itu sendiri
Oleh sebab itu, tasawuf merupakan kajian studi Islam yang memusatkan perhatiannya pada upaya Tadzkiyyatu al-Nafsi (pembersihan jiwa). **(