INFORMASI
DIFa TV Terbit Sejak 1 Agustus 2004 - DIFa TV Merupakan Media Siber Online dan Koran Cetak. Kantor Redaksi DIFA TV Berada Di Jalan Sultan Agung, Gang Perdana Jaya, Labuhan Ratu, Bandar Lampung, Lampung.

DARI HISTORI KEPADA RELEVANSI HINGGA SOLUSI DALAM KELUARGA

Oleh : Ustadz. Dr. Muhammad Irfan, S.H.I.,M.Sy
Editor: DIFa TV Lampung

Keluarga memiliki peranan yang krusial dalam membangun kehidupan beragama dan mendukung kemajuan negara. Namun, tidak semua orang mampu membangun keluarga yang tangguh, harmonis, dan bahagia. Corak dan tujuan dari pernikahan menjadi kunci penting keberlangsungan baik atau tidak keberlangsungan keluarga. Dalam ajaran Islam, keluarga dibentuk melalui ikatan pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan yang dilakukan sesuai syariat Islam serta memenuhi syarat dan rukun nikah. Membentuk keluarga yang harmonis dan selaras dengan nilai-nilai Islam adalah harapan setiap muslim. Untuk mencapainya, diperlukan usaha yang berkelanjutan dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.

Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah merupakan keluarga yang penuh dengan kasih sayang, cinta, dan ketentraman, dibangun atas dasar nilai-nilai Islam melalui pernikahan yang bertujuan untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Dalam perspektif Islam, keluarga adalah unit kecil dalam masyarakat yang memiliki struktur kepemimpinan dan pembagian peran, tugas, hak, serta kewajiban di antara anggotanya. Kehidupan keluarga dijalankan dengan menerapkan adab dan ajaran Islam, baik pada individu maupun seluruh anggota keluarga. Berlandaskan pada ibadah, keluarga ini didirikan atas kecintaan kepada Allah, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, serta bersama-sama mengajak kepada kebaikan (ma’ruf) dan mencegah keburukan (munkar).

Transformasi hokum keluarga menjadikannya sebagai barometer bimbingan perkawinan dewasa ini sebagai panduan pembelajaran dalam membangun keluarga sakinah, untuk membantu menentukan arah, tujuan, serta rencana yang diinginkan. Karenanya relevannsi bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan dan terorganisir untuk membantu individu menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Proses ini bertujuan agar individu mampu memahami dirinya sendiri (self-understanding), menerima dirinya (self-acceptance), serta mengarahkan dirinya (self-realization), sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dengan demikian, individu dapat beradaptasi dengan lingkungannya, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Keluarga yang baik merupakan awal dari ketahanan keluarga. Sebaliknya, jika tidak pertanda rusaknya suatu keluarga dan tatanan hidup masyarakat. Individu-individu yang baik akan membentuk keluarga yang harmonis. Mengingat begitu pentingnya peranan keluarga dalam menciptakan masyarakat yang baik dan sejahtera maka Islam memberikan perhatian yang sangat besar pada pembinaan keluarga. Karena – seperti disinggung di atas – seandainya instrumen terpenting dalam masyarakat ini tidak dibina dengan baik dan benar, adalah mustahil dapat terwujudnya sebuah tatanan masyarakat yang damai dan sejahtera.

Dalam Al-Qur’an banyak terdapat potret keluarga sepanjang zaman. Ada potret keluarga saleh (An’amta alaihim) dan ada juga potret keluarga tidak harmonis (maghdhubi alaihim), ada keluarga celaka (dhallin). Potret-potret keluarga tersebut meskipun terjadi pada masa dan lingkungan yang berbeda dengan masa saat ini, akan tetapi ia tetap mengandung banyak hikmah dan pelajaran berharga yang senantiasa kekal sepanjang zaman. Dalam tulisan sederhana ini, akan dikemukakan beberapa potret keluarga teladan dalam Al-Qur’an untuk kemudian kita petik hikmah dan pelajaran-pelajaran berharganya, sehingga dapat kita jadikan sebagai etika dalam berkeluarga.

Oleh karena itu, pernikahan dalam Islam tidak terlepas dari pengaruh perkembangan keluarga dalam masyarakat sebelumnya, yang dikenal sebagai masyarakat jahiliyah, yang memiliki cara, proses, dan konsekuensi hukum yang berbeda. (*)